Selasa, 01 Juli 2014

METODE TITRASI REDUKSI-OKSIDASI “PERMANGANOMETRI”


METODE TITRASI  REDUKSI-OKSIDASI
 “PERMANGANOMETRI”





Disusun oleh:
Kelompok 6 :
1.      Distya Resti A.P (130101025)
    2.      Ermas Resa Cholin (130101026)
TBKKP A 2013


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN KULIT KONSENTRASI TEKNOLOGI BAHAN KULIT
AKADEMI TEKNOLOGI KULIT YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2013/2014

 Halaman judul
Makalah
METODE TITRASI  REDUKSI-OKSIDASI
“PERMANGANOMETRI”

Disusun untuk memenuhi tugas presentasi Aplikasi Komputer dan Komunikasi
Dosen Pengampu: Jamila, M.Cs

Oleh:
Kelompok 6:
1.      Distya Resti A.P (130101025)
2.      Ermas Resa Cholin (130101026)



PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN KULIT KONSENTRASI TEKNOLOGI BAHAN KULIT
AKADEMI TEKNOLOGI KULIT YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2013/2014



Kata Pengantar


Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan tepat waktu. Karya tulis ini membahas tentang metode titrimetri asam-basa menggunakan titarsi alkalimetri.
Dalam menyusun karya tulis ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
  1. Ir. Cahya Widiyati, M.Kes selaku dosen pembimbing akademik.
  2. Jamila, M.Cs selaku dosen pengampu mata kuliah Aplikasi Komputer Akademi Teknologi Yogyakarta yang telah membimbing dalam penyusunan karya tulis ini.
  3. Semua pihak yang telah berperan dan membantu serta memotivasi dalam menyusun karya tulis ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Segala upaya telah penulis lakukan demi kelengkapan dan kesempurnaan karya tulis ini.  Penulis berharap karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca untuk meningkatkan pemahaman dalam proses proses titrimetri asam-basa menggunakan reaksi alkalimetri. Namun apabila masih terdapat kekurangan dalam karya tulis ini karena keterbatasan kemampuan penulis.  Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan karya tulis ini.


Yogyakarta,  25 Juni  2014


Penulis



DAFTAR ISI





BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Titrasi redoks (reduksi-oksidasi) merupakan jenis titrasi yang paling banyak   jenisnya antara lain permanganometri, dikromatometri, cerimetri, iodimetri, iodatometri, bromometri, bromatometri, dan nitrimetri. Titrasi adalah salah satu cara menentukan kadar senyawa yang terkandung dalam suatu sampel. Permanganometri merupakan metode titrasi yang didasarkan atas reaksi oksidasi-reduksi. Untuk keperluan titrasi ini maka digunakan senyawa permanganat. Kalium permanganat merupakan oksidator kuat yang paling baik untuk menentukan kadar HCOOH yang terdapat dalam sampel dalam suasana asam menggunakan larutan asam sulfat (H2SO4). Dalam reaksi ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sample. Pada pengolahan kulit asam formiat digunakan untuk pengikatan zat warna/ fikasasi pada proses pengecatan dasar. Pada laporan ini akan dibahas mengenai cara pembuatan, standarisasi larutan KMnO4 0,1N dan penentuan kadar HCOOH yang berguna pada proses penyamakan kulit.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana penentuan kadar asam formiat (HCOOH) dalam sampel larutan dengan menggunakan reaksi reduksi-oksidasi
2.            Bagaimana perubahan warna yang terjadi selama proses titrasi reduksi-oksidasi dilakukan?

C.    Maksud dan tujuan

1.      Praktikan mampu menetapkan kadar HCOOH menggunakan prinsip-prinsip titrasi reaksi reduksi-oksidasi dengan KMnO4 menggunakan  cara Lieben dan John.
2.      Praktikan dapat membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan, dan menentukan konsentrasi larutan yang telah dibuat.



BAB II

LANDASAN TEORI


Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
Permanganometri adalah teknik pengukuran penetapan kadar zat berdasar atas reaksi oksidasi reduksi dengan KMnO4, Kalium permanganate merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam, netral dan basa. Permanganometri merupakan suatu penetapan kadar atau reduktor dengan jalan dioksidasi dengan larutan baku Kalium Permanganat (KMnO4) dalam lingkungan asam sulfat encer. Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini berlangsung dalam suasana asam, netral, dan alkalis, dimana kalium permanganate merupakan oksidator yang kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Kalium permangant inilah yang telah digunakan meluas lebih dari 100 tahun.
Pada umumnya titrasi menggunakan KMnO4 tidak memerlukan indicator karena 0,01 KMnO4 0,1N dalam 100 ml larutan telah memberikan warna ungu
Metode permanganometri didasarkan atas reaksi oksidasi ion permanganat.  Oksidasi ini dapat dijalankan dalam suasana asam, netral, ataupun alkalis. Jika titrasi dilakukan dalam lingkungan asam, maka akan terjadi reaksi :
MnO4- + 8H+ + 5e-                         Mn2+ + 4H2O
Dimana  potensial oksidasinya sangat dipengaruhi oleh adanya kepekaan ion hidrogen, akan tetapi konsentrasi ion mangan (II) pada persenyawaan diatas tidak terlalu berpengaruh terhadap potensial redoks, karena konsentrasi ion mangan (II) sendiri mampu mereduksikan permanganat dengan membentuk ion mangan (III) dan mangan oksida (MnO2). Dalam suasana asam reaksi diatas berjalan sangat lambat, tetapi masih cukup cepat untuk memucatkan warna dari permanganat setelah reaksi sempurna. Jadi umumnya titrasi dilakukan dilakukan dalam susana encer lebih mudah mengamati titik akhirnya.
Oksidasi dengan permanganat dalam lingkungan asam lemah, netral, atau alkali dengan reaksi sebagai berikut :
MnO4 +4H- +3e                      MnO2  + 2H2O
Dapat dilihat bahwa pengaruh konsentrasi ion hidrogen agak kurang dibandingkan dalam suasana asam.
Kalium permanganat jika digunakan sebagai oksidator dalam larutan alkalis kuat, maka ada dua kemungkinan bagian reaksi , yaitu pertama :  reaksi yang berjalan relatif cepat :
MnO4 - + e-                   MnO42-  
Dan reaksi kedua yang berlangsunng relatif lambat :
MnO4 2- + 2H2O + 2 e-                    MnO2 + 4 OH-
Dari uraian di atas maka untuk membuat larutan baku kalium permanganat harus dijaga faktor-faktor yang dapat menyebapkan penurunan yang besar dari kekuatan larutan baku tersebut, antara lain dengan pemanasan dan penyaringan.
Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi.
Kalium Permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium oksalat atau sebagai arsen (III) oksida standar-standar primer. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan kalium permanganat menggunakan natrium oksalat adalah:
5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ →  10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan permanganat.
Penetapan kadar zat  berdasarkan reaksi redoks dengan KMnO4 atau dengan cara permanganometri. Hal ini dilakukan untuk menentukan kadar reduktor dalam suasana asam dengan penambahan asam sulfat encer, karena asam sulfat tidak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer. Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih.. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi.
Kalium permangatat sukar diperoleh secara sempurna murni dan bebas sama sekali dari mangan oksida. Dalam larutan asam, permanganat(VII) akan tereduksi sehingga tidak berwarna dan bilangan oksidasinya menjadi +2 (ion mangan(II) (Mn2+)).
8 H+ + MnO4 + 5 e → Mn2+ + 4 H2O
Dalam larutan basa kuat, permanganat(VII) akan tereduksi, warnanya menjadi hijau, dengan bilangan oksidasi +6 (manganat MnO42−).
MnO4 + e → MnO42−
Dalam larutan netral, ion ini akan tereduksi sehingga bilangan oksidasinya menjadi +4, warnanya hijau (mangan dioksida MnO2).
2 H2O + MnO4 + 3 e → MnO2 + 4 OH. (wikipedia Permangana).
Zat organik air dioksidasikan dengan KMNO4 direduksikan oleh asam oksalat . Kelebihan asam oksalat dititrasi dengan KMNO4.
Asam formiat disebut juga asam semut merupakan cairan jernih, mudah menguap, tidak berwarna, dan berbau khas. Dalam pengolahan kulit asam formiat digunakan untuk pengikatan zat warna/fiksasi pada proses pewarnaan dasar. H2SO4 merupakan asam yang paling cocok karena tidak bereaksi dengan permanganate.
Dalam permanganometri kita menggunakan larutan standar untuk menentukan  konsentrasinya. Larutan standar adalah larutan yang dengan tepat dapat diketahui konsentrasinya dan dipakai sebagai pereaksi.
Larutan standar dapat digolongkan menjadi:
1.   Larutan standar primer
larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti untuk menstandarkan suatu larutan.
Syarat-syarat larutan standar primer:
a.                Memiliki kemurnian yang tinggi
b.               Mudah diperoleh dalam bentuk murni dan mudah dikeringkan
c. Mudah diperiksa kemurniannya
d.               Tidak bersifat higroskopis, tidak mudah teroksidasi oleh udara
e.                Mempunyai rumus molekul yang pasti
f.                Tidak mengalami perubahan saat penimbangan
g.                  Mempunyai berat ekivalen yang tinggi jadi kesalahan penimbangan dapat diminimalkan.
Contoh larutan standar primer
Asam: H2SO4, H2C2O4, C6H5COOH, (COOH) (COOK) C6H4.
Basa: Na2CO3, MgO, Na2B4O7,Na2C2O4.
Na2C2O4 merupakan larutan standar primer yang baik untuk permanganat dalam larutan asam. Senyawa ini dapat diperoleh dengan tingkat kemurnian tinggi, stabil pada saat pengeringan, dan non higroskopis.
2.Larutan standar sekunder
Larutan standar yang konsentrasinya dapat diketahui dengan menggunakan larutan standar primer sebagai pembanding.
Contoh: NaOH, KOH, KMnO4.

Dalam titrasi permanganometri KMnO4 tidak dapat dipakai sebagai larutan standar primer, sebab :
a.       Tidak dapat diperoleh dalam keadaan murni bebas dari MnO2.
b.      Aquades yang digunakan untuk melarukan biasanya mengandung bahan-bahan reduktor yang akan mereduksi KMnO4 menjadi MnO2. Adanya MnO2 merupakan katalisator pada penguraian KMnO4 sendiri.
3.      Larutan standar tersier
Larutan standar yang konsentrasinya dapat diketahui dengan menggunakan larutan standar sekunder sebagai pembanding.

Adapun faktor-faktor kesalahan yang dilakukan pada percobaan ini yaitu :
1.  Pembuatan larutan baku yang  kurang tepat
2.  Kurang teliti pada percampuran larutan
3.   Kurang akurat dalam penimbangan bahan
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri yang lain antara lain larutan pentiter KMnO4 pada buret apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2. penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4, penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air. Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan.




BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A.    ALAT DAN BAHAN

1.      Alat yang digunakan :
Neraca analitik, gelas arloji, botol timbang,botol semprot, erlenmeyer 250 ml, Erlenmeyer 200 ml, buret, statip dan klem, corong gelas, pipet volume 10 ml, pipet volume 25 ml, pipet tetes, pro pipet, beker glass 250 ml, labu ukur 100ml, thermometer,kompor listrik, pengaduk.
2.      Bahan yang digunakan :
Aquades, sampel HCOOH, NaOH 10%, KMnO4 0,1N (standar sekunder), Na2C2O4, H2C2O4. 2H2O, kertas lakmus.

B.     CARA KERJA

1)       Pembuatan larutan KMnO4 (0,1 N)

1.      Menimbang 1,59 gram KMnO4, memasukkan dalam labu ukur 500 ml dan menambahkan aquades.
2.      Memanaskan larutan mendidih 15 menit dan mendinginkannya kemudian menyimpan dalam botol berwarna gelap.

Standarisasi larutan KMnO4 (0,1N)
1.      Menimbang 0,1132 gram Na2C2O4 dengan gelas arloji menggunakan neraca analitik, kemudian melarutkan dalam 50 ml aquades.
2.      Menambahkan 7 ml asam sulfat pekat, memanaskan pada temperature 70oC.
3.      Menitrasi pelan-pelan larutan Na2C2O4 dengan larutan standar primer KMnO4 sampai timbul warna ungu selama 15 detik, temperatur titrasi tidak boleh kurang dari 60oC.
4.      Mengulangi percobaan diatas seabanyak 3 kali (nomer 2 sampai 3) dan menghitung rata-rata volume titran KMnO4 yang digunakan.

2)      Penetapan kadar HCOOH

Cara Lieben
1.      Menimbang 2 gram sampel HCOOH menggunakan botol timbang dan memasukkan dalam labu takar 100 ml, kemudian menambahkan aquades sampai tanda.
2.      Memipet 10 ml larutan HCOOH dengan pipet volume dan memasukkan ke dalam Erlenmeyer.
3.      Menambahkan aquades 50 ml, 1 potong kertas lakmus dan larutan NaOH 10% sampai basa, memanaskan sampai temperature 50oC.
4.      Menitrasi larutan HCOOH dengan larutan standar KMnO4 0,1N sampai endapan MnO2 yang berwarna coklat terbentuk.
5.      Mengulangi tahap percobaan diatas 3 kali ( nomor 2 sd 4) mencatat dan menghitung rata-rata volume KMnO4 yang digunakan.
Cara John
1.      Menimbang 2 gram sampel HCOOH menggunakan botol timbang dan memasukkan dalam labu takar 100 ml, kemudian menambahkan aquades sampai tanda.
2.      Memipet 10 ml larutan HCOOH dengan pipet volume dan memasukkan ke dalam Erlenmeyer, menambahkan aquades 50 ml, 1 potong kertas lakmus dan larutan NaOH 10% sampai basa.
3.      Menitrasi larutan HCOOH dengan larutan standar KMnO4 0,1N sampai endapan MnO2 yang berwarna coklat terbentuk.
4.      Memanaskan sampai temperature 50oC, menambah 10 ml H2SO4 4N dan memanaskan lagi. Menambah asam oksalat ± 0,1 gram dan menitrasi lagi kelebihan asam oksalat dengan larutan standar KMnO4 0,1N.
5.      Mengulangi tahap percobaan diatas 3 kali ( nomor 2 sd 4) mencatat dan menghitung rata-rata volume KMnO4 yang digunakan.




A.    ALAT

 




D.    RANGKAIAN ALAT TITRASI






BAB IV

HASIL DAN PERHITUNGAN

A.    Pembakuan KMnO4 0,1N

Berat  Na2C2O4         : 0,1132 gram
BM Na2C2O4           : 134,01 gr/mol
n Na2C2O4               : 2
BE boraks (BM/n)    : 67,005 gr/mol
Tabel 1. Hasil titrasi standarisasi larutan KMnO4
Titrasi
V. Na2C2O4 (gr)
V. KMnO4
(ml)
Pengamatan (perubahan warna)
I
0,1781
25,3
Tak berwarna         ungu
II
0,1130
17,4
Tak berwarna         ungu

V. rata-rata
Na2C2O4: 0,1455
V.rata-rata KMnO4 : 13,833


Reaksi standarisasi KMnO4 (0,1 N)
5 C2O42- + 2 MnO4- + 16 H+             2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O

B.         Penetapan kadar HCOOH

                              Berat HCOOH               : 2 gram
                              V pelarut                     : 100 ml           0,1 L
                              BM HCOOH              : 46
                              n HCOONa                 : 1            BE (BM/n) : 46
                              BM H2C2O4                : 126        
                              n H2C2O4                     : 2            BE (BM/n) : 63

            Tabel 2. Hasil titrasi praktikum penetapan kadar HCOOH (Lieben)
Titrasi
V HCOOH
(ml)
V KMnO4
(ml)
Pengamatan
(perubahan warna)
I
10
1,5
Tak berwarna       Hijau
Endapan coklat
II
10
1,5
Tak berwarna        Hijau  
Endapan coklat

V rata-rata :
10ml
V rata2 KMnO4: 0,23

           
            Reaksi permanganometri
            HCOOH + NaOH           HCOONa + H2O   
            3HCOONa + 2KMnO4              Na2CO3  +K2CO3 +H2O + NaHCO3 + 2 MnO2



Tabel 3. Hasil titrasi praktikum penetapan kadar HCOOH (John)
Titrasi
Berat HCOOH
(ml)
V  KMnO4
Titrasi I (ml)
V  KMnO4
Titrasi II (ml)
Pengamatan (perubahan warna)
I
10
2,6
25,5
Tak berwarna 
Hijau ada endapan     
Tak berwarna
Ungu
II
10
2,5
29,5
Tak berwarna 
Hijau ada endapan     
Tak berwarna
Ungu

V rata-rata:
10ml
V rata2 KMnO4 : 2,55 ml
V rata2 KMnO4:
27,5 ml

           
            Reaksi permanganometri
            HCOOH + NaOH            HCOONa + H2O  
            3HCOONa + 2KMnO4             Na2CO3  +K2CO3 +H2O + NaHCO3 + 2 MnO2
            2 MnO2 + H2C2O4 + H2SO4               MnSO4 + H2O + 2 CO2
            5 C2O4= + 2 MnO4- + 16 H+               2 Mn2+ + 8 H2O + 10 CO2




BAB IV

PEMBAHASAN


            Permanganometri adalah teknik pengukuran penetapan kadar zat berdasar atas reaksi oksidasi reduksi dengan KMnO4, Kalium permanganate merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam, netral dan basa. Kalium permanganat merupakan zat baku sekunder karena tidak stabil jika kontak dengan lingkungan terbuka, pengaruh cahaya maupun lingkungan seperti kelembaban atau pengaruh terkontaminasi dengan zat lain yang akan merubah konsentrasi KMnO4 mudah terurai oleh zat organik membentuk MnO2. MnO2 ini harus dihilangkan dengan cara pemanasan dan penyaringan, Jika dalam larutan KMnO4 masih terdapat MnO2 maka seiring berjalannya waktu konsentrasi KMnO4 akan berkurang (terurai), Oleh karena itu perlu dilakukan strandarisasi untuk menentukan kadar KMnO4 itu sendiri.
            Pada saat penentuan konsentrasi KMnO4 digunakan natrium Oksalat karena natrium oksalat termasuk zat baku primer. Natrium Oksalat dikatakan zat baku primer karena zatnya stabil memiliki Mr tinggi dan memiliki kriteria lainnya sebagai standar primer. Natrium oksalat dapat bereaksi dengan KMnO4 dengan reaksi:
C2O4                                                                            2CO2 + 2 e-  (x5)
MnO4 + 8 H+ +5e-                                                        Mn 2+ + 4H2O (x3)
5C2O42- + 2MnO4- + 16H+                                          2Mn2+ + 8H2O + 10CO2
Pada standarisasi KMnO4 dengan Natrium Oksalat dilakukan penambahan H2SO4 pekat yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang berupa asam oksalat dan sebagai katalis H2SO4 merupakan katalis yang bertujuan  untuk memperkecil energi menghasilkan reaksi samping.
            Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari bening  menjadi ungu pada larutan yang permanen dan tidak hilang selama beberapa menit. Perubahan warna ini terjadi karena Mn2+ ( larutan bening) dan MnO4- (KMnO4) tereduksi oleh Na2C2O4 menjadi Mn2+ (ungu). Titik ekuivalen terjadi karena mol titran volum KMnO4 saat titik akhir titrasi pertama adalah 25,3 ml dan yang kedua adalah 17,4 ml. Perbedaan selisih yang tinggi ini di akibatkan oleh jarak waktu antara pemanasan sampai penitrasi yang terlalu lama. Selain itu ketelitian praktikan, kebersihan alat dan kemurnian bahan sangat mempengaruhi hasil percobaan. Kalium permanganat merupakan zat pengoksidasi yang sangat kuat., pereaksi ini dapat dipakai tanpa penambahan indikator. Pada saat penambahan H2SO4 pekat tidak menimbulkan perubahan warna (tak berwarna).
            Karena Kalium permanganat (KMnO4) merupakan oksidator kuat baik dalam suasana asam basa maupun netral. Sedangkan Asam formiat merupakan zat organik yang dapat mereduksi KMnO4.  Dengan ditambahkannya KMnO4 pada asam formiat, zat oksidator tersebut akan tereduksi menjadi ion mangan dioksida. Jumlah ion yang tereduksi sama dengan jumlah oksidator, dari perhitungan reaksi reduksi-oksidasi KMnO4 tersebut dapat dicari konsentrasi asam formiat.
            Dari percobaan penetapan asam formiat dengan cara lieben terjadi perubahan warna analit yang semula tidak berwarna menjadi coklat disertai dengan terbentuknya endapan MnO4. Perubahan warna terjadi karena telah mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen terjadi karena mol titran sama dengan mol titrat. Terjadinya endapan dikarenakan tereduksinya KMnO4 menjadi ion mangan dioksida. Titik ekuivalen terjadi pada saat volume titran 1,5 ml baik pada percobaan 1 maupun percobaan 2. Diperoleh volume yang sama karena jarak waktu antara pemanasan dan penitrasian tepat. Sedangkan dari percobaan penetapan kadar asam formiat dengan cara John. Perubahan warna yang terjadi adalah tak berwarna menjadi hijau disertai endapan kemuadian berubah menjadi tak berwarna dan berubah lagimenjadi ungu. Perubahan warna dari tak berwana menjadi hijau dengan adanya MnO4 dikarenakan sudah tercapainya titik ekuivalen, dan tereduksinya KMnO4 menjadi ion mangan dioksida. Hal ini terjadi saat volume titran percobaan pertama 2,6 ml dan percobaan kedua 2,5 ml. Setelah penambaha H2SO4 tidak terjadi perubahan warna namun pada saat penambahan asam oksalat kristal warna hijau berubah menjadi tak berwarna dan semua endapan MnO2 menjadi larut. Selanjutnya dilakukan pemanasan lagi sampai suhu 70oC dan dititrasi lagi dengan KMnO4 sampai terjadi perubahan warna dari bening menjadi ungu yang menandakan titik ekuivalen telah tercapai. Hal ini terjadi saat volume KMnO4 2,5ml pada percobaan pertama dan 29,5 ml pada percobaan kedua.



BAB V

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Ø    KMnO4 perlu distandarisasi karena sifatnya yang tidak stabil jika kontak dengan lingkungan.
Ø    KMnO4 dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi asam formiat dengan perhitungan reaksi reduksi oksidasi.
Ø    Warna yang dihasilkan pada proses standarisasi KMnO4 yaitu tak berwarna ke ungu yang merupakan titik ekuivalen, sedangkan perubahan warna pada penetapan kadar adalah tak berwarna, hijau ada endapan, tak berwarna menjadi ungu.

B.      Saran

                        Sebaiknya dalam praktikum dilakukan dengan teliti, pengamatan titik ekuivalen harus tepat. Jarak waktu antar pemanasan sampai penitrasian jangan terlalu lama dan pemeliharaan kemurnian bahan yang digunakan.




DAFTAR PUSTAKA


Ariyanti, D. 2010. Analisa Permanganometri dalam campuran. http://analisapermanganometri.html diakses 23 Mei 2014 pukul 19.40
Subhi, FS. 2011. Titrasi Oksidasi Reduksi. Politeknik Negeri Bandung

2 komentar: